top of page
Search
Writer's picturesramdhani

NETNOGRAFI (Seri Catatan Lapangan Toraja)


Jauh hari sebelum berangkat ke Toraja, saya membaca beberapa buku tentang budaya Toraja, tentunya dalam perspektif Antropologi. Kebanyakan buku diterbitkan tahun 80-90an yang penggunaan kalimatnya cukup sulit dimengerti. Gaya tulisan yang membuat pembacanya harus membaca di dalam hutan yang tenang, fokus! Tapi beberapa buku lainnya cukup mencerahkan keawaman saya tentang Toraja. Thank to Bigalke, Sandarupa, Tangdilintin (1981), Samban C. Parinding dan Judi Achjadi (1988), serta penulis lainnya yang menggambarkan budaya Toraja sebegitu rincinya. Membuat saya semakin tertarik mempelajari Toraja.


Hal lain yang menambah referensi saya tentang Toraja adalah penelusuran daring. Jika metode riset yang mengkaji budaya dalam satu wilayah atau komunitas disebut etnografi, maka yang saya lakukan kali ini yaitu melalui netnografi.


Pertama kali mendengar istilah netnografi ketika saya baca karya Robert V. Kozinets dalam artikelnya yang berjudul On Netnography: Initial Reflections on Consumer Research Investigations Of Cyberculture (1998). Sebenarnya tujuan dari metode ini untuk mempelajari perilaku konsumen melalui media daring. Ini mungkin semacam “dampak” di era digital ya? Tapi bagaimana pun netnografi menarik untuk dikaji mengingat jika sebelumnya kita hanya kenal istilah citizen, saat ini muncul juga istilah netizen, dimana warga masyarakat dapat berinteraksi di ruang sosial yang tidak benar-benar nyata alias dunia maya. Metode ini juga memungkinkan saya untuk mempelajari karya-karya tentang Toraja dalam bentuk digital.


Meskipun netnografi adalah hal baru bagi saya, nampaknya metode ini tidak benar-benar baru bagi orang yang pernah mempelajari Etnografi. Menurut Kozinets akar Metode Netnografi memang berasal dari tradisi Antropologi Budaya yang mempelajari perilaku dan cara hidup manusia. Hanya yang membedakan ada pada subjek yang diteliti misalnya komunitas virtual atau orang-orang di dunia virtual lainnya, karena subjeknya ada pada netizen itu tadi.


Netnografi memudahkan saya mengenal Toraja sebagai permulaan. Tempat-tempat apa saja yang relevan untuk dikunjungi, bagaimana tipikal Orang Toraja, dan aktivitas apa saja yang ada di Toraja bisa didapat dengan mudah melalui telusur daring. Melalui netnografi, akhirnya saya tidak hanya mengenal Toraja dari sudut ritual kematian saja. Melainkan Toraja dengan penuh warnanya. Meskipun sejujurnya Metode Netnografi ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Saya hanya ambil sebagian saja ilmu dari netnografi ini sebagai pengantar awal mengenal Toraja.


Tapi percaya lah, tidak semua yang ditulis di internet tentang Toraja itu seluruhnya benar dengan kenyataan di lapangan!

 

Seri 3 (Rantepao)

80 views0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


bottom of page